MI Muh. 2 Kudus | Sekolah Unggulan di Kudus

Sekolah Unggulan di Kudus. Jl. KHR Asnawi No. 13 Kudus 59316 Telp. (0291) 432139

Tia, Siswi MI Muhammadiyah Kudus (2)

Tia, Siswi MI Muhammadiyah Kudus yang Hobi Buat Komik Jepang (2-Habis)
Terinspirasi Kaket Buyut-nya yang Asli Jepang

Hobinya membaca dan membuat komik Jepang, ternyata tidak terlepas dari kakek buyutnya yang asli Jepang. Sampai-sampai Tia berencana belajar di Negeri Sakura.

HALIMATU HILDA, Kudus.


-------------------------------------------------

KULITNYA
yang sawo matang dan berwajah Indonesia sama sekali tidak memperlihatkan ciri-ciri keturunan dari Negeri Sakura. Berbeda dengan kakaknya yang memiliki kulit putih dan bermata sipit.




Hanya, siswi yang lahir pada bulan Mei itu memiliki hubungan yang erat dengan segala sesuatu berbau Jepang. Tidak pernah disadarinya, bahwa keinginan mengenal Jepang, sebelum dirinya mengenal komik. "Ingin bisa Bahasa Jepang," ucapnya.

Ya, pengalaman itu dialami saat duduk di kelas V. Entah mengapa, dirinya sangat ingin memiliki sebuah kamus Jepang.

Permintaan itu membuat kedua orangtuanya merasakan keanehan sekaligus kelabakan.


"Nggak tahu pengin aja dibelikan kamus Bahasa Jepang," celetuk bocah yang suka mengoleksi komik Naruto ini.


Awal kesukaannya terhadap Bahasa Jepang, memang muncul begitu saja. Keinginan tersebut cukup membuat Maulidduddin dan Wahyuni Rahmawati, orang tua Tia harus mencari-cari kamus Bahasa Jepang.


"Bingung juga carinya di mana. Dan untuk keperluan apa," jelas Maulidduddin yang akrab dipanggil Udin.


Maklum, anaknya itu baru berusia 11 tahun dan masih duduk di kelas V MI. Belum lagi, dirinya tidak habis pikir atas keinginan anaknya apalagi tidak ada mata pelajaran Bahasa Jepang di sekolahnya.


"Kalau Bahasa Inggris masih wajar. Akhirnya kami cari-cari, untungnya di Hasan Putra ada (salah satu toko buku di Kudus)," tambahnya.


Setelah mendapatkan kamus tersebut, alangkah gembiranya Tia. Tidak disia-siakan lagi, kamus berukuran tebal yang dilengkapi dengan tulisan Jepang, dipelajarinya secara otodidak.


"Terutama lagu-lagu. Dari yang Bahasa Indonesia diganti Bahasa Jepang," imbuh sang ibu.


Meski tidak sesuai kaidah bahasa, Tia pun sering menyanyikannya. Termasuk panggilan ke bapak dan ibu, yang diganti bahasa Jepang. "Dulu panggil ayahnya
ya Otto-san," ucap Wahyuni.

Cerita itu, membikin tawa Tia semakin menggembang. Dengan tawa khasnya tersebut Tia pun sempat geli mengingat hal tersebut. "Sampai sekarang aku masih simpan lagu-lagu Jepang," ucap Tia.


Kebiasaan baru itupun semakin menyita perhatian dara yang baru saja me-rebounding rambutnya. Sehari-harinya, dirinya selalu menerjemahkan Bahasa Indonesia apa saja ke Bahasa Jepang. "Ingin sekolah di sana juga," tambahnya.


Selepas MI? Ternyata dirinya geleng kepala. Keinginan sekolah ke Jepang, ternyata didorong pihak keluarga. "Ya biar tahu keluarga Mbah Buyutnya ada di sana," kata Wahyuni.


Lho? Wahyuni kemudian bercerita tentang asal usul keluarganya. Kakek buyut Tia diketahui berkewarganegaraan Jepang. Kakek buyutnya itu merupakan salah satu pekerja asal Jepang yang ditempatkan di sebuah perusahaan tekstil di wilayah Kudus.


Dari situlah, Kakek buyut yang memiliki nama Maruyama menikahi nenek buyutnya Sri Sulaiman. Saat Sri hamil, Maruyama kemudian meninggalkan istrinya itu saat adanya tragedi pengeboman Hirosima dan Nagasaki.


"Setelah ada insiden pengeboman, seluruh orang Jepang dibawa pulang. Sampai anaknya lahir, tidak pernah datang lagi ke Indonesia," ucapnya.
Mendengar cerita dari ibunya, Tia pun tertegun. Lalu, lahirlah seorang bayi kecil perempuan yang diberinama Marututi (diubah menjadi Martuti). Bayi tersebut dipanggilnya dengan sebutan Nenek.

"Pencarian Ibu saya (Martuti) di Kedutaan besar Jepang di Indonesia mendapatkan kabar bahwa Maruyama telah meninggal," tambahnya.


Selama pencarian tersebut Martuti bertemu dengan seorang pria berumur asal Jepang bernama Tateo yang sedang mencari anak istri. Di sinilah, keduanya akrab, karena Tateo tidak mendapatkan jejak anak istrinya, akhirnya menganggap Martuti sebagai anaknya.


Sehingga ketika cucunya yang suka dengan Jepang, Martuti selalu teringat sang ayahnya. "Mungkin karena buyutku itu yang bikin aku suka Jepang," kata Tia, yang lebih suka cerita petualangan dalam sebuah komik.
(*)

sumber : jawapos ( selasa, 04 November 2008 )


0 komentar:

Posting Komentar