MI Muh. 2 Kudus | Sekolah Unggulan di Kudus

Sekolah Unggulan di Kudus. Jl. KHR Asnawi No. 13 Kudus 59316 Telp. (0291) 432139

Tia, Siswi MI Muhammadiyah Kudus yang Hobi Buat Komik Jepang (1)

Tia, Siswi MI Muhammadiyah Kudus yang Hobi Buat Komik Jepang (1)
Tanpa Buat Sketsa, Puluhan Komik Sudah Dibuatnya

Satu tahun lalu, Tia bergelut dengan komik Jepang sebagai pembaca. Tertarik, dirinya langsung praktik membuat komik tanpa sketsa. Kini, komik buatannya capai puluhan cerita.


HALIMATU HILDA, Kudus


---------------------------------------------------


BERNAMA lengkap Justisia Hana Pertiwi atau yang akrab dipanggil Tia, awalnya penggemar komik Jepang. Kebiasaan membaca komik yang dilakoninya satu tahun lalu, ternyata menggelitiknya untuk membuat komik sendiri.




Setelah beberapa kali membaca komik, dirinya mencoba mempraktikkan menggambar komik di atas kertas HVS. Hanya menggunakan sebuah pensil dan kertas putih itu, tangan kecil Tia yang waktu itu masih duduk di kelas V MI Muhammadiyah II Kudus, berhasil menggambar beberapa tokoh komik Jepang.

Merasa berhasil, di sela-sela rutinitasnya seusai pulang sekolah, dirinya terus iseng membuat sebuah komik. Lembar demi lembar dirampungkan hingga terangkai dalam sebuah cerita.


Akhirnya, cerita bergambar itu terkumpul hingga menjadi puluhan komik buatan sendiri. Bukan sekadar dalam lembaran kertas putih, beberapa kertas itu sudah dijilid selayaknya komik yang beredar di pasaran.


Dijilid, diberi sampul, sekaligus diberikan judul, selayaknya sebuah komik yang siap dibaca penggemar
manga. Untuk mempercantik penampilannya, Tia menggunakan spidol warna-warni dan pena, dirinya pun membubuhkan lisensi hak cipta di komik buatannya.

Bahkan ada kebiasan setelah dirinya merampungkan komiknya tersebut. Ya, hampir seluruh koleksi itu dituliskan tentang nomor register hak cipta dan telah diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo Gramedia.


"Iya, nggak apa-apa kan?," ucap Tia, menanggapinya sambil tersenyum tentang ide tersebut.


Seperti halnya komik berjudul
power of girls yang dibuatnya satu tahun lalu, pun seakan sudah siap cetak. "Koleksinya berapa ya? Hampir dua puluh ada," katanya yang tidak ingat di mana disimpan koleksi komiknya itu.

Ini dilakukan karena ada kebiasaan unik dari karya komiknya terdahulu. Setiap koleksi atau gambar komik yang dirasa kurang bagus, maka Tia tidak pernah menyimpan bahkan membuang komiknya tersebut.


"Dia merasa gambarnya kurang bagus. Makanya sering tidak tidak disimpan tapi dibuang," ujar Mauliduddin, sang bapak yang mendampingi Tia saat ditemui.


Sang pembuat pun mengangguk membenarkan hal tersebut. Sebab dirinya malu saat melihat gambarnya dahulu yang jelek. Lambat laun komik yang dihasilkannya pun sudah ada perkembangan.


"Tidak pernah pakai sketsa dulu. Langsung saja dibuat di atas kertas," tambahnya.

Bagaimana jika ada kesalahan? Setiap ada kesalahan, misalkan coretannya yang tidak pas, maka langsung dibuang. Itulah yang membuat komiknya baru setelah berminggu-minggu. "Langsung saya buang. Ya, nggak boleh salah meski sedikit," ucapnya.


Kebisaannya itu terus didorong kedua orang tuanya. Sang ibu, Wahyuni Rahmawati misalnya, selalu memantau hasil karya anaknya. Salah satunya, tatkala hobi anaknya itu lain daripada yang lain, dirinya terus mencari informasi kemana hobi anak ketiganya ini disalurkan.


"Saya itu melihat karya anak saya masih perlu dibimbing oleh seorang yang memberikan pengarahan dalam alur cerita," tambahnya.


Alasannya, karena, cerita yang dibuat Tia terkadang masih sering melompat-lompat. "Malah kalau dulu sering nggak nyambung ceritanya," imbuhnya.


Hobi ini, diakui Wahyuni mulai ditekuni sejak satu tahun lalu. Manakala, kepindahan rumahnya di Jalan Menara itu membuat Tia memiliki banyak waktu luang. Lalu, dikenalkanlah bacaan bernama komik. "Saya tidak tahu komik itu apa," sahut Tia.


Lama kelamaan akhirnya Tia malah tertarik dan tahu-tahu memperlihatkan karya komik kepada Wahyuni. "Saya kaget melihatnya. Tapi sayang, saat ini hobi anak-anak yang seperti saya belum bisa tersalurkan. Di Kudus
kan belum ada lomba buat komik," tambahnya.

Dari situlah, dirinya hafal kebiasaan Tia setelah getol membuat komik. Setelah pukul 13.00, Tia langsung menyambar kertas dan spidolnya untuk meneruskan cerita sebuah komik. Baru-baru ini, Tia sedang menyelesaikan tokoh 4 Onion dengan empat cewek salah satunya Maroko.


Ditanya mengapa tidak membuat komik ala Indonesia. "Saya belum pernah baca. Pernah baca tapi
kok isinya perkosaan. Hi...," imbuhnya sambil bergidik ngeri. (bersambung)

sumber : jawapos ( Senin, 03 November 2008 )

0 komentar:

Posting Komentar